Sememangnya,
aku mencintakan hidupku dapat berlangsung
bagai pohonan nyior di tepian pantai.
Berdiri tegak menghadap angin ,
Melambai indah dalam badai maupun besarnya terjangan ombak.
Aku ingin tetap menjadi pengawal terdepan dalam mencegah lecekan,
bersama bakau dan karang,
saling mendukung memecah gelombang yang datang .
Aku ingin hidupku bagai nyior nan melambai,
menghulur khidmat dari akar hingga daun,
dari buah hingga lidi,
dan menghasilkan buah yang tak jauh jatuh darinya .
Aku ingin hidupku demikian,
meski aku diterpa panas tapi mampu meneduhkan orang .
Menghilangkan dahaga juga lapar.
Ingin mudaku adalah tunas terjaga perlambang harapan dan masa depan,
lalu bila aku menua,
aku tetap dikenang dan diingat sebagai si pemberi maslahat bukan masalah.
Ingin, hijauku membawa nilai keasrian dalam pandangan panas pinggir pantai.
Ingin tetap tumbuh dalam kondisi tanah apapun.
Dan saat beberapa pelintas mencemoh kemendirianku,
aku tetap tegak, kerana yakin,
bila kelak mereka melintas kembali,
mereka akan berteduh dan meminum airku.
Sememangnya,
Aku ingin demikian, bersama laut, menerima apapun.
Laut mengajariku menerima ceberan,
sampah, kotoran, pujian, dan teriakan dengan respon yang serupa,
dan aku ingin bersamanya menjaga yang demikian, tapi laut jauh derajat di atasku.
Dan aku masih harus banyak bersabar
dan belajar untuk dapat menjadi sepertinya.
Ingin tetap menanggapi pujian dan sindiran sebagai getar suara yang di hantar udara, tidak lebih.
Kuat saatku di caci, dan rendah hati ku bila dipuji.
Sesempurnannya,
Ingin tetap tumbuh dalam kondisi tanah apapun.
Dan saat beberapa pelintas mencemoh kemendirianku,
aku tetap tegak, kerana yakin,
bila kelak mereka melintas kembali,
mereka akan berteduh dan meminum airku.
Sememangnya,
Aku ingin demikian, bersama laut, menerima apapun.
Laut mengajariku menerima ceberan,
sampah, kotoran, pujian, dan teriakan dengan respon yang serupa,
dan aku ingin bersamanya menjaga yang demikian, tapi laut jauh derajat di atasku.
Dan aku masih harus banyak bersabar
dan belajar untuk dapat menjadi sepertinya.
Ingin tetap menanggapi pujian dan sindiran sebagai getar suara yang di hantar udara, tidak lebih.
Kuat saatku di caci, dan rendah hati ku bila dipuji.
Sesempurnannya,
Aku ingin hidup bagai pohon itu,
yang kuning daun pertanda mudanya adalah berita gembira,
Yang tua menua daunnya terjalin dalam rumbia, menjadi peneduh dan teduh,
Bila jauh di pandang, orang dengan mudah mengenaliku,
bila dekat , orang tahu nilai manfaatku.
Meski batangku hanya bernilai menengah dalam adu bahan konstruksi,
tapi aku tetap punya nilai.
Meski sabutku menjadi sapu, lidi atau pengganti spons cuci piring,
biarlah,
kerana aku tetap bernilai membersihkan kesalahan dan noda lain,
Lalu bila kelak tinggiku telah mengapai awam
biarlah semua memandangku,
sebagai si anggun,
bukan si pongah mengunjuk rasa.
Sememangnya,
yang kuning daun pertanda mudanya adalah berita gembira,
Yang tua menua daunnya terjalin dalam rumbia, menjadi peneduh dan teduh,
Bila jauh di pandang, orang dengan mudah mengenaliku,
bila dekat , orang tahu nilai manfaatku.
Meski batangku hanya bernilai menengah dalam adu bahan konstruksi,
tapi aku tetap punya nilai.
Meski sabutku menjadi sapu, lidi atau pengganti spons cuci piring,
biarlah,
kerana aku tetap bernilai membersihkan kesalahan dan noda lain,
Lalu bila kelak tinggiku telah mengapai awam
biarlah semua memandangku,
sebagai si anggun,
bukan si pongah mengunjuk rasa.
Sememangnya,
Aku berharap dalam meneroka hidupku,
No comments:
Post a Comment