Thursday, February 20, 2014

BERSARAPAN PAGI DENGAN OPTIMISTIK.



Mari kita luang sedikit masa, cuba bersama kita bayangkan gambaran satu hari dalam kehidupan Rasulullah SAW. Baginda bangun awal-awal sebelum fajar, ketika tirai gelap malam masih menyelimuti segala sesuatu. Saat baginda mulai bergerak, baginda berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah mengembalikan semangat ku, memberikan aku kekuatan jasmani dan mengizinkan aku untuk memuliakan-Nya."

Seberat dan sehebat mana pun cabaran dan halangan yang bakal dihadapi, baginda menyambutnya dengan optimisme. Dan, perkara sekecil mana pun tidak luput disyukuri, termasuk kembalinya semangat untuk memulai hari.

Malah, terbit dan tenggelamnya matahari, adalah juga merupakan hal yang perlu kita syukuri.

 "Allah-lah yang menjadikan malam untuk kamu supaya kamu beristirahat padanya; dan menjadikan siang terang benderang. Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyai anugerah yang dilimpahkan ke atas manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur. " (QS Al Mu'min [40]: 61)

Kehidupan kita adalah suatu keberkahan terbesar yang kita terima dari Allah. Wujud terima kasih kita adalah dengan memanfaatkan hidup sebaik-baiknya. Allah menawarkan kesempatan kejayaan bagi siapa sahaja yang ingin berjaya.  Intinya, sikap optimis harus selalu didahulukan.

Optimistis adalah suatu sikap yang selalu  berpandangan baik dalam menghadapi segala kemungkinan.  Optimis adalah lawan dari kata-kata putus asa.  Putus asa timbul akibat daripada tidak ada keinginan dalam hati dan kurang meyakini  akan rahmat Allah. Sikap optimistis merupakan suatu bentuk keyakinan akan kemurahan Allah dan anugerah-Nya  dan bahawa janji Allah adalah benar , sebenar-benarnya.

Orang yang mempunyai sikap optimistis ialah orang yang mempunyai tahap ketaatan yang tinggi dalam menegakkan semua yang dituntut oleh keimanannya. Dia berharap agar Allah tidak memalingkannya, menerima amalannya, dan tidak menolaknya, serta melipatgandakan pahala-Nya.

Allah telah berfirman: “Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya, kecuali Dia; dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tidak ada yang dapat menolak anugerah dari-Nya” (QS Yunus [10]:107)

Sebaliknya orang yang bersikap pesimis sering kali merasa bimbang apabila menghadapi permasalahan hidup. Sikap bimbang akan membawanya pada sikap tidak percaya diri, mudah menyalahkan orang lain, bahkan terkadang hal ini akan mengurangkan kadar keimanannya pada Allah SWT.

Jadi, bagaimanakah kita ingin mengolahkan sikap bimbang dan pesimis tersebut? Kita perlulah kembalikan semuanya pada Allah SWT. Bukankah Allah telah berfirman, iaitu setelah dating suatu kesulitan, selalu akan ada kemudahan?

Akhirnya, fikir-fikirkanlah semua !

No comments:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...