Wednesday, October 5, 2011

DEMOKRASI :SUATU PEMBOHONGAN

 DEMOKRASI ATAU MANIPULASI
Go to fullsize image
SISTEM demokrasi dianggap sebagai sebuah sistem yang ‘mulia’ dan ‘terhormat’ oleh dunia hari ini. Sistem yang diperkenalkan dan dipopulerkan oleh negara-negara Barat, khususnya Amerika Syarikat dan Kesatuan Eropah sudah menjadi sistem tunggal dan menghegemoni seluruh bangsa yang ada di dunia ketika ini. Jika ada negara yang tidak menganut sistem demokrasi dianggap sebagai negara primitif, tirani dan harus diperangi.

Dalam konsep demokrasi, kekuasaan tertinggi ada di tangan rakyat. Rakyat diberi kebebasan mutlak untuk memilih pemimpinnya secara berkala. Rakyat juga  mempunyai otoriti dalam menentukan keberlansungan kepemimpinan dan kedaulatan sebuah negara. Sehingga ada  yang menyatakan “suara rakyat adalah suara tuhan”.

Kesakralan suara rakyat ini digambarkan oleh Jean Bodin (1530-1596) dalam teorinya tentang kedaulatan rakyat. Bodin menyatakan rakyat mempunyai kekuasaan tertinggi, abadi, dan tak terpisahkan. Hal yang demikian sama dikatakan oleh Thomas Hobbes (1588-1679) bahawa rakyat mempunyai kekuasaan absolute. Teori ini juga yang kemudian melahirkan negara-negara moden dan meruntuhkan kekuasaan raja-raja yang dianggap bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi.

Sistem ini bukan sahaja dianut oleh dunia Barat, namun Barat juga memperkenalkan, bahkan memaksakan konsep ini ke dunia ketiga. Dengan pelbagai konspirasi dan tindak kekerasan, negara atas nama rakyat mutlak harus diwujudkan.

Apa sebenarnya yang diinginkan oleh Barat terhadap demokrasi di dunia Timur? Benarkah barat sebagai “juru selamat” dalam melawan tirani raja-raja dengan memaksa konsep demokrasi? Benarkah kemudian dunia barat menjadi penganut fundamentalis konsep demokrasi? Atau demokrasi hanya menjadi “pemanis” dalam membangun tirani baru dunia global.

Atas nama demokrasi?
Lebih dari dua juta rakyat Iraq terbunuh sejakpencerobohan Amerika di negeri seribu satu malam itu. Ribuan lainnya diseksa hanya kerana curiga, tanpa adanya proses hukum yang adil dan telus. Rakyat diadu domba. Yang sunni diberi senjatai, sementara yang Syiah diperangi. Gedung putih mengatakan itu adalah bentuk penegakan demokrasi. Saddam yang didakwa sebagai penyebabnya. Saddam menjadi tertuduh dan bertanggung jawab terhadap lahirnya kebencian atas nama demokrasi.

Bagaimana dengan ribuan Tomahawk yang telah menggugurkan anak-anak bayi sebelum waktunya dilahirkan, serta ibunya yang tewas berlumuran darah di bawah runtuhan bangunan akibat ledakan senjata celaka itu? Adakah itu kemudian disebut misi suci?

Di Afganistan mempunyai sejarah yang lebih tragis. Hampir satu dekad dunia barat menjadikan tanah kelahiran tokoh reformasi Islam, Jamaluddin Al-Afgani sebagai medan perang dan uji cuba senjata terbaru.

Rakyat terbunuh hampir saban hari. Ekonomi Negara menjadi hancur. Pendidikan menjadi kacau balau. Struktur sosial dan budaya  berubah. Lalu mereka menyatakan Taliban lah penyebabnya. Bukankah Taliban adalah rakyat Afganistan yang teguh dengan kenyakinan akan ajaran Tuhannya. Kenapa mereka harus diperangi?

Sekali lagi, atas nama demokrasi, Taliban bagi mereka harus diperangi kerana dianggap tidak demokrasi. Tidak peduli, anak kecilkah? Atau kambing gembalakah? Asal itu adalah milik Taliban, harus dimusnahkan. Oleh jet-jet tidak berjiwa, milik bangsa Amerika Syarikat, NATO dan Sekutunya. Bagi Amerika demokrasi adalah “tuhan” baru yang harus dinyakini oleh rakyat Afgan?

Belum selesai di Afganistan, misi atas nama demokrasi berlanjut ke Libya. Negara kaya minyak di Utara Afrika juga mengalami kondisi yang tidak jauh berbeza dengan Iraq dan Afganistan. Muammar Khadafi harus dihancurkan, juga atas nama demokrasi. Khadafi dianggap sebagai tokoh yang melawan demokrasi.

Media melaporkan ratusan rakyat awam terbunuh oleh bom-bom yang dijatuhkan Pesawat NATO. Pesawat negara-negara Amerika Syarikat dan Kesatuan Eropah  yang bermarkas di Itali. Sementara, Perdana Menteri David Cameron mengatakan misi ini akan tetap dilanjutkan sebagai usaha melindungi rakyat awam Libya.

Barangkali, makna “melindungi” untuk demokrasi dan juga atas nama rakyat adalah dengan menghabisi rakyat. Sebuah kebohongan besar!

Bagi saya, yang lebih menggelikan hati adalah melihat kebohongan yang tidak pernah berhenti dilakukan oleh dunia Barat terhadap Palestin. Negara yang tidak pernah dianggap sebagai Negara yang merdeka oleh dunia Barat.

Tahun 2006, Hamas menang dalam Piliharaya Parlimen, dan memilih Ismail Haniyeh sebagai Perdana Menteri. Proses  pemilihan yang independen, jujur, dan telus serta dipantau oleh Badan Pemantauan dari Kesatuan  Eropah. Namun kemudian hasil pemilihan  ini tidak diakui oleh Dunia Barat. Sebaliknya, Hamas dianggap sebagai lembaga teroris, dan harus diperangi. Ironisnya,  bukankah rakyat memilih Hamas? Dipilih oleh pemilik kedaulatan? Lantas, Israel dibiarkan untuk membunuh. Membunuh rakyat Palestin yang tidak berdosa. Rakyat yang telah menjalankan konsep “demokrasi”.

Bukankah sebenarnya Amerika yang mempromosikan demokrasi, perlindungan terhadap hak asasi manusia, perlindungan terhadap hak-hak dasar setiap warga, hak-hak politik, sosial dan ekonomi? Lantas, kenapa hal ini tidak terjadi di Palestin. Kenapa Amerika  membenarkan pembunuhan dan pembantaian yang dilakukan oleh Zionis Israel, celaka laknat ini ?

Palestin adalah sebuah bangsa yang mulia, Negara dan bangsa tempat lahirnya para Nabi. Palestin sedang berjuang mendapatkan hak-nya sebagai Negara berdaulat dan merdeka, baik secara diplomasi di dewan PBB maupun dengan cara mempertahankan diri dari kebejatan Yahudi.

Namun, sejarah dunia yang atas nama demokrasi tetap tidak mendukung lahirnya “demokrasi” di tanah al-Aqsa ini. Amerika  mengancam akan mem-veto keinginan tersebut. Amerika selalu melindungi keinginan dan kepentingan Zionis Israel, kerana Israel adalah Amerika, dan Amerika adalah Israel.

Demokrasi telah mati, seiring dengan kematian penemu demokrasi. Setidaknya kita tidak akan dapat merasakan damainya dunia ini, selama atas nama “demokrasi” menjadi kebenaran dalam sebuah kekerasan dan peperangan. Demokrasi hanya dijadikan sebagai media dalam membangun “tirani” kekuasan untuk menguasai bangsa lain dengan cara tidak bermartabat dan tidak manusiawi.

~Apa kita masih mahu mengintai demokrasi barat dan melunyaikan demokrasi yang tercatat dalam sistem Islam? ? ?

~Fikir-fikirlah dengan jiwa keimanan. Wassalam

No comments:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...