Bila perang merupakan hasil karya kapitalis, maka cara untuk menghentikannya adalah dengan meruntuhkan sistem kapitalisme tersebut. Pertanyaanya yang muncul seterusnya ialah, apakah sistem ekonomi menjadi penggantinya?
Kenapa dunia tidak pernah sepi dari peperangan? Pertanyaan ini menarik untuk dianalisa secara teliti dengan memperhatikan perkembangan undang-undang dan politik secara global. Namun yang jauh lebih menarik lagi adalah tinjauan dari sudut ekonomi yang sangat berkait dengan perkembangan sistem kewangan dunia yang ada pada era globalisasi sekarang ini seperti sistem kewangan kapitalis, sosialis dan syariah.
Pada umumnya perang terjadi akibat pertikaian politik yang muncul antara dua negara atau lebih. Penyebabnya antara lain adalah persoalan perbatasan, diplomasi, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu perang biasanya terjadi antara dua negara yang saling berdekatan dan mempunyai perbatasan yang sangat dekat. Namun ada juga perang melibatkan pihak ketiga yang turut membantu sekutunya yang terlibat peperangan dengan negara lawan politik mereka.
Pada era perang dingin kita menyaksikan Amerika Syarikat yang terlibat dalam perang di Korea Selatan yang berkonflik dengan Korea Utara, juga perang Vietnam melawan Vietkong yang didukung Kesatuan Soviet. Begitu juga Kesatuan Soviet yang terlibat perang di Afganistan yang mendapat dukungan dari Amerika Syarikat.
Kesimpulannya dengan senang menyatakan bahwa perang akan dengan mudah terjadi di antara dua negara, bila ada negara lain sebagai pihak ketiga maupun keempat yang turut memanaskan situasi--bahkan terlibat secara diam-diam ataupun terang-terangan memasuk kan senjata kepada pihak yang didukungnya.
Pertanyaan yang muncul adalah apa keuntungan yang diperoleh mereka dengan mendukung perang tersebut? Di sini kita cuba untuk menampilkan sudut pandang yang sedikit berbeza dalam melihat perang yang sering terjadi di dunia pada era globalisasi.
Konflik dalam peradaban manusia
Pada dasarnya manusia senang hidup damai, sangat jarang dalam kehidupannya manusia ingin terlibat konflik berkepanjangan apalagi hingga menumpahkan darah, tidaklah hairan bila ilmu sosiologi menyebut manusia sebagai makhluk sosial, yakni tidak dapat hidup kecuali bersama orang lain.
Kenyataanya ketika manusia telah membentuk satu kelompok maka naluri konfliknya muncul apabila mereka telah merasa kuat dan berpeluang menaklukkan kelompok lain. Dari makhluk sosial manusia secara kelompok berubah menjadi makhluk politik atau zon politicon. Maka dalam kehidupan primitif masyarakat dengan sistem tribalisme sering terlibat konflik dan peperangan dengan puak lainnya.
Penyebab konflik antara suku atau kaum ini terjadi kerana pelanggaran perbatasan wilayah kekuasaan, perebutan wanita, atau pembunuhan yang terjadi antara individu dari suku atau kaum yang berbeza.
Pada tahap tribalisme ini jarang terjadi perang kerana ingin memperluas wilayah kekuasaan atau keinginan menguasai atau menjajah suku lain. Fenomena tersebut hanya muncul apabila sistem negara-bangsa terbentuk pada era renaissance dan didukung dengan teknologi moden dan semangat imperialisme.
Bila diamati dengan teliti telah terjadi lompatan luar biasa dalam sejarah peradaban manusia yang berkait dengan persoalan konflik dan perang yang mewarnai perkembangan dunia.
Dapat digambarkan bahawa konflik yang muncul juga berkembang sesuai perkembangan peradaban manusia tersebut. Dari alasan yang sederhana hingga yang rumit, seperti soal hak kawasan, agama dan ideologi serta ekonomi.
Rumusan dari perkembangan peradaban manusia menunjukkan, bahawa semakin tinggi peradaban manusia semakin rumit alasan konflik yang muncul. Pada masyarakat primitif penyebab konflik sangat sederhana seperti soal perempuan.
Pada abad pertengahan konflik didominasi soal agama yang memuncak pada perang salib. Pada abad pra moden hingga moden konflik muncul kerana alasan ideologi, yang mewarnai perang Korea, Vietnam, dan Afghanistan. Pada masa post modernisme sekarang ini konflik dan perang lebih digambarkan dengan alasan hegemoni dunia. Seiring dengan kehancuran Kesatuan Soviet, maka digambarkan Amerika Syarikat berperanan sebagai polis tunggal dunia yang mengendalikan semua kebijakan politik global.
Sebenarnya pada era post modernisme ini tidak ada satu kalimat yang mampu menggambarkan dengan tepat apa alasan sebenarnya perang yang terjadi pada era kini. Media massa yang dikawal selia oleh satu kekuatan dominan berhasil memainkan peranan mereka secara licih dan canggih sehingga para audiensnya berhasil diarahkan untuk percaya pada alasan-alasan tertentu dari konflik dan perang yang terjadi selama ini.Audiennya seakan dapat diarah bagaimana cara untuk bertepuk tangan.
Perang yang ada sekarang ini merupakan perseteruan dan pertarungan yang melibatkan banyak pihak yang 'ghaib' yang bermain di belakang layar memainkan kepentingannya masing-masing.
Mesin wang kapitalis
Betapa sukarnya untuk menghurai secara jelas sosok Amerika, namun dengan menggunakan paradigma ekonomi politik akan jelaslah siapa pelakun utama yang paling berpengaruh dalam memelihara perang dalam era global sekarang ini. Pelakun utama tersebut tidak lain adalah para kapitalis.
Siapa mereka? Perlu dicatat bahwa Amerika adalah USA atau jelasnya United State of America . Kita dapat bayangkan jumlah kepentingan yang bermain dalam kepentingan mereka masing-masing. Belum lagi negara-negara asal para imigran tersebut seperti Inggeris, Perancis dan negara-negara Eropah lainnya.
Last but not least adalah para pengusaha Yahudi yang sangat berkuasa dengan kapital yang mereka miliki, mereka seperti sotong gurita, yang kepalanya ada di Washington atau New York namun sesunggutnya menjangkau kepelosok dunia. Jadi para kapitalis inilah yang sebenarnya aktor utama yang paling bertanggungjawab terhadap setiap konflik dan perang yang terjadi di pelosok dunia ini.
Perang bagi mereka merupakan mesin yang siap ATM untuk menambah pundi-pundi mereka. Bila tidak ada perang bererti mesin ATM tidak jalan maka wang tidak akan masuk ke pundi-pundi mereka. Oleh sebab itu perang harus terus dipelihara demi untuk menjamin kekayaan mereka tetap utuh.
Sedikitpun mereka tidak merasa gundah gulana dengan demonstrasi yang muncul di pelosok-pelosok negeri. Mereka merasa tidak terganggu, ibarat kata pepatah anjing menggonggong kafilah berlalu begitulah sikap mereka terhadap setiap demontrasi yang terjadi.
Bagaimana menghentikan perang?
Bila kita amati debat politik yang terjadi di dalam negeri Amerika terhadap perang yang melibatkan negerinya, kalangan politikus Amerika perang Iraq disebut dengan oil war (perang minyak) yakni upaya untuk mengendalikan Iraq adalah untuk menjamin masukkan minyak yang murah ke negera Amerika.
Jadi serangan Amerika ke atas Iraq sudah lama dirancang oleh para kapitalis 'ghaib' tersebut. Hanya mereka harus menciptakan alasan untuk menyerang Iraq. Salah satu alasannya adalah senjata pemusnah massal yang dimiliki Iraq yang sampai sekarang tidak terbukti.
Untuk memantapkan alasan tersebut maka WTC pun diruntuhkan dengan pesawat domestik. Walaupun terjadi kecurigaan antara kehebatan Amerika dan terjadinya serangan tersebut, namun dua alasan ini sudah cukup buat melegalkan rencana mereka.
Buat para kapitalis ini ,perang merupakan mesin pencetak ATM, tidak perduli berapa banyak nyawa yang melayang, berapa banyak darah yang tumpah, yang penting mereka mampu mengaut keuntungan, bahkan mereka rela membunuh anak-anak muda mereka untuk menjamin keuntungan yang mereka dapati.
Misalnya kita mendapat laporan ribuan anak muda Amerika mati di Korea, Vietnam, Kuwait dan Iraq. Kita dapat ilustrasikan sebagai ayah betapa jahatnya mereka menjual anak mereka demi wang, meskipun mereka mencuba menciptakan alasan patriotisme ,namun sesungguhnya itu hanya samaran dari penjualan darah anak-anak muda mereka.
Oleh sebab itu untuk menghentikan perang dan menciptakan perdamaian, tidak akan efektif resolusi PBB, maupun demonstrasi atau apa sahaja. Yang pertama telah dikuasai oleh para kapitalis tersebut sedangkan yang kedua tidak punya kekuatan apa-apa kecuali protes.
Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bila perang merupakan hasil reka cipta para kapitalis, maka cara menghentikannya adalah dengan meruntuhkan sistem kapitalisme tersebut. Hanya pertanyaan yang muncul adalah mampukah kapitalisme itu diruntuhkan? Siapa yang akan meruntuhkannya? Apa sistem ekonomi penggantinya?
Hanya tinggal dua sistem yang ada yakni sosialis dan syariah. Sistem ekonomi sosialis sudah ibarat kelompong, dengan runtuhnya Kesatuan Soviet. Sedangkan China sudah mengadopsi sistem kapitalis dalam berekonomi meskipun tetap menganut sistem sosialis secara politik. Yang mampu bersaing dan berhadap muka dengan sistem kapitalisme adalah sistem syariah.
~Tepuk dada tanya, nak tanya apa??? Apa anda seorang muslim??? So, fikir-fikirlah dengan segala semuanya di alam ini milik Allah SWT.
No comments:
Post a Comment