Friday, September 23, 2011

RENUNGAN JUMAAT

Ingatlah! Suatu Saat, Kecantikan Tak Lagi Berarti 

SEKADAR HIASAN MENUNGGU KEMATIAN

Tiap-tiap yang berjiwa pasti mati.
Kematian sebenarnya bukanlah hal yang luar biasa.
Hampir setiap hari kita melihat kematian. Ketika kita memasak ikan atau ayam, maka ikan dan ayam tersebut tadinya hidup, lalu mati.

Tetapi hairannya, banyak di antara kita yang tidak  mengambil ‘ibrah (pelajaran) dari peristiwa ini. Kematian di sekeliling kita, termasuk dalam rutinkerja, tidak mampu menggetarkan hati.

Kematian jiran tetangga pun tetap tidak mengecutkan hati untuk mengingat kematian. Bahkan bencana dahsyat  yang menelan ratusan korban, tidak juga menyedarkan kita akan dekatnya kematian. Ketika salah seorang keluarga meninggal dunia, kita tersentak dan merasa sangat kehilangan. Kita merasa bagaikan orang yang paling menderita di dunia. Tidak jarang sampai tidak sedarkan diri.

Seharusnya, kita sentiasa sedar akan adanya hidup setelah kematian. Dengan begitu kita dapat menyingkapi kematian dengan bijaksana.

Anak-anak pun harus diajari apa hakikat kematian itu. Dengan demikian mereka memiliki sikap yang benar ketika menghadapi kematian. Setidaknya, mereka tidak trauma berkepanjangan ketika suatu hari nanti orang-orang yang mereka cintai pergi ke alam baka.

Selalu Ingat

Allah Subhanahu wa Ta'ala pasti punya maksud atas setiap kematian. Buat kita yang masih hidup, kematian tidak lain adalah peringatan agar kita tidak terlena dalam kehidupan yang semu, lalu lalai dari tujuan hidup yang sebenarnya.

FirmanNya yang bermaksud:

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barangsiapa berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan infaqkanlah sebahagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata, ‘Wahai Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menangguhkan (kematian)-ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang orang yang saleh.’” (Al-Munaafiqun: 9-10)

Begitulah manusia, cepat lalai dan lupa, selalu menunda-nunda pekerjaan yang baik dan terlalu panjang cita-cita. Ketika ajal menjemput, barulah menyesal kerana lupa mempersiapkan hari esok.

Jika tidak boleh diingatkan secara halus , perlu peringatan keras (berupa kematian) agar manusia mahu introspeksi diri. Sebagaimana Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik nasihat adalah kematian.
Itulah sebabnya kita dianjurkan untuk selalu mengingati mati. Bahkan, ziarah kubur yang duhulunya dilarang bagi kaum wanita, kemudian malah dianjurkan, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Al-Hakim dan Baihaqi, seperti di bawah ini:

Pada suatu hari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha pernah datang dari kubur. Lalu aku bertanya padanya, “Wahai Ummul-Mukminin, dari manakah engkau?” ‘Aisyah menjawab, “Dari kubur saudaraku, Abdurrahman.’ Kemudian kutanyakan lagi, “Bukankah Rasulullah melarang ziarah kubur?” ‘Aisyah menjawab,  “Benar, beliau pernah melarang ziarah kubur, akan tetapi kemudian beliau menyuruhnya.” Adz-Dzahabi mengatakan hadits ini shahih.

Membuat Hidup Optimis

Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu ‘anhu berkata, “Bila kamu berada pada waktu petang, maka janganlah menantikan waktu pagi. Dan bila kamu berada pada waktu pagi, jangan nantikan waktu petang. Pergunakan masa sehatmu untuk menyongsong masa sakitmu, dan pergunakan masa hidupmu untuk menyongsong saat kematianmu.” (Riwayat Bukhari)

Waktu terus berlalu dan tak berulang kembali. Inilah konsep hidup yang dinamis. Sebagai seorang Islam, tiada perkataan 'nanti' untuk berbuat kebaikan. Tiada kamus malas dalam kehidupan.

Dengan selalu mengingat bahwa hidup adalah ladang untuk menanam amal kebaikan, yang akan dituai setelah kematian, dapat menumbuhkan motivasi yang besar untuk selalu berkarya. Bukankah sebaik-baik manusia adalah yang banyak manfaatnya untuk orang lain?

Oleh itu, seharusnya seorang Islam tidak perlu takut menghadapi kematian. Kematian adalah gerbang menuju hidup yang abadi. Menghadap Ilahi adalah kebahagian sejati. Dengan adanya konsep hidup setelah mati, hidup  jadi terarah pasti.

Tetapi kita juga dilarang berharap kematian sekalipun penderitaan menimpa bertubi-tubi. Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah bersabda, “Janganlah sekali-kali salah seorang di antara kamu sekalian mengharapkan mati. Karena kalau ia orang baik, maka mungkin masih dapat menambah kebaikannya, dan kalau ia jahat maka mungkin ia akan menghentikan kejahatannya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Seandainya terpaksa harus menginginkan mati, maka hendaklah berdoa, Wahai Allah, lanjutkan hidupku ini kalau hidup ini memang baik bagiku, dan matikanlah aku seandainya mati itu lebih baik bagiku). (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Jadi, tak ada alasan bagi kita untuk takut mati. Yang penting bagaimana kita menyiapkan diri untuk menyongsongnya.

No comments:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...