Monday, August 29, 2011
GOOD BYE RAMADHAN AND WELCOME AIDIL FITRI.
Selamat Tinggal Ramadhan 1432 H!
TIDAK terasa, hari ini kita akan segera memasuki bulan Syawal dan meninggalkan Ramadhan, setelah sebulan penuh kita berada dalam “kawah kenikmatan” Ramadhan, melaksanakan ibadah puasa sebulan penuh. Taqabbalallah minna wa minkum, selamat ‘Idul Fitri, mohon maaf lahir batin. Selamat datang kembali di hari-hari penuh tantangan sekaligus perjuangan.
Namun demikian, harus diingatkan, agar kita tidak larut dalam kegembiraan hari raya. Kerana setelah ini kita harus melakukan instrospeksi. Kita evaluasi keseluruhannya, adakah target Ramadhan kita tahun ini telah tercapai? Seberapa besar perolehan nilai-nilai ketaqwaan yang berhasil kita raih? Sejauhmanakah rangkaian ibadah Ramadhan yang baru sahaja kita jalani telah mengubah diri kita menjadi sosok peribadi baru yang fitri? Seberapa besarkah pengaruh tarbiyah Ramadhan terhadap perubahan sikap dan perilaku kita? Seberapa besarkah potensi fitri yang selama ini tersembunyi berhasil kita angkat ke permukaan?
Puasa Syawal
Bagi yang belum pernah menjalankan puasa sunnah bulan Syawal, dianjurkan untuk melaksanakannya secara sempurna, enam hari. Jangan menunda-nunda pelaksanaannya, kerana tanpa kita sedari juga, bulan Syawal juga akan meninggalkan kita. Puasa enam hari di bulan Syawal, selain pahalanya sebanding dengan puasa selama setahun penuh, juga menjadi penyempurna puasa Ramadhan.Rasulullah bersabda:
"Barangsiapa berpuasa Ramadhan (penuh) lalu diikuti dengan berpuasa enam hari dalam bulan syawal, maka dia seperti berpuasa seumur hidup." (Riwayat. Muslim)
Saya yakin, kita telah menjalankan ibadah Ramadhan sebulan penuh, kecuali yang uzur. Akan tetapi saya tetap yakin bahawa kesempurnaan ibadah kita itu masih jauh dari yang seharusnya. Masih terdapat lubang di sana-sini. Masih terdapat berbagai kecacatan dan kelemahan. Untuk itu, puasa enam hari di bulan Syawal merupakan penyempurna kepada ibadah Ramadhan kita.
Mengapakah puasa enam hari di bulan syawal itu penting? Bagi kita, keperluan untuk menjalankan ibadah tidak sekadar mencari pahala. Lebih penting dari itu ia adalah upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pendekatan itu dapat dilakukan dengan menjalankan ibadah-ibadah sunnah, di samping yang wajib. Salah satu ibadah sunnah yang efektif sebagai sarana pendekatan tersebut adalah puasa sunnah. Di antara puasa sunnah yang mu’akkad adalah puasa enam hari bulan syawal. Dalam keadaan berpuasa kita menjadi lebih dekat, dan Allah memang dekat kepada kita.
Dalam proses mendekatkan diri dengan Allah itu, kegiatan penting yang harus kita lakukan adalah melakukan refleksi. Untuk melakukan refleksi, kita tidak harus menyediakan waktu khusus. Boleh jadi di celah-celah kesibukan, kita boleh melakukan refleksi. Akan tetapi dengan menyediakan waktu yang khusus, disertai dengan suasana lingkungan yang mendukung dan persiapan fizikal dan mental yang matang, maka refleksi itu menjadi lebih mudah dan lebih berdayaguna. Dalam suasana yang hingar bingar sukar bagi kita untuk melakukan refleksi, kecuali oleh mereka yang sudah terbiasa,.
Puasa merupakan kondisi yang paling terasa nilainya. Orang yang sedang berpuasa pasti mengalami suasana fizikal dan batin yang berbeza. Inilah kondisi yang ekstrim, yang menjadikan pelakunya langsung merasakannya. Dalam keadaan seperti ini, refleksi lebih mudah dilakukan.
Ingat, Ingat dan Ingat Terus!
Selain puasa enam hari, yang perlu dilakukan adalah menjaga dan meningkatkan apa yang telah kita peroleh selama Ramadhan. Bila pada bulan Ramadhan kita lebih rajin beribadah, maka di bulan Syawal dan bulan-bulan berikutnya, hal itu harus tetap kita jaga, kita rawat, dan kita teruskan. Jangan nanti kebiasaan beribadah hanya terjadi pada bulan Ramadhan, sementara di bulan-bulan lain kita kembali malas beribadah.
Jika pada bulan Ramadhan kita telah berhasil mengendalikan hawa nafsu, maka di bulan-bulan yang lain kita harus tetap boleh mengendalikannya. Jangan sampai nafsu kembali menguasai dan menjadi boss pada diri kita. Nafsu memang akan tetap ada, tapi ia harus tetap dalam kendali akal fikiran dan hati nurani. Jangan sebaliknya, akal fikiran dan hati nurani kita dikendalikan oleh hawa nafsu. Kehebatan akal budi dan hati nurani atas nafsu dalam diri dan masyarakat Muslim harus dijaga, dirawat, dan dipelihara.
Akhirnya, selamat berjuang. Selamat menghadapi dunia penuh cabaran dan tantangan.
#//\\ SELAMAT HARI RAYA AIDIL FITRI, MAAF ZAHIR DAN BATHIN //\\#
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment