Sempena menyambut datangnya 17 Ramadhan 1432 H,hari paling akbar dalam sejarah keberadaan Islam, maka marilah sama-sama kita hayati sekilas berlakunya peristiwa Badar Kubra...
Rasulullah SAW menerima wahyu yang pertama di bulan Ramadhan. Di bulan yang penuh berkah ini pula, tepatnya hari Jum’at tanggal 17 Ramadhan 2 H , pasukan Islam menerjah medan peperangan besar melawan pasukan musyrik Quraisy di Lembah Badar. Badar adalah daerah yang berjarak 155 km dari Madinah, 310 km dari Makkah, dan 30 km dari pesisir pantai Laut Merah. Rasulullah SAW bersama 83 shahabat Muhajirin, 61 shahabat dari suku Aus, dan 170 shahabat dari suku Khazraj harus menghadapi 1000 orang tentera musyrik Quraisy yang lengkap bersenjata . Dengan izin Allah SWT, 70 orang musyrik Quraisy berhasil dibinasakan dan 70 orang musyrik lainnya ditawan. Dalam kalangan pasukan Islam, 6 sahabat Muhajirin dan 8 sahabat Ansar gugur sebagai syuhada’. Kemenangan mutlak pasukan Rasulullah SAW yang kecil atas pasukan musyrik yang besar itu diabadikan oleh Allah SWT sebagai yaumul furqan, hari yang menentukan garis pemisah antara kebenaran dengan kebatilan. Kebenaran Islam dari kebatilan jahiliyyah, kebenaran tauhid dari kebatilan syirik, kebenaran iman dari kebatilan kekufuran. Allah SWT berfirman:
“…Jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) pada di hari Furqaan, iaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Anfal (8): 41)
Perang Badar adalah peperangan besar pertama antara kekuatan Islam dengan musuh-musuh Islam. Perang ini telah berlaku 1432 tahun yang lalu . Namun hingga ke hari ini, bahkan sampai menjelang hari kiamat kelak, akan terus menjadi sumber pelajaran bagi kaum muslimin. Berjuta hikmah sentiasa terpancar sebagai pelita jalan bagi para pemimpin dan tentera jihad yang berjuang menegakkan Islam. Para dai, murabbi, mushlih, dan mujaddid, sentiasa menjadikannya sebagai jalan panduan dalam meniti kerasnya jalan dakwah, tarbiyah, ishlah, dan tajdid.
Allah SWT menghendaki perang Badar sebagai pelajaran abadi bagi setiap muslim dan muslimah. Bukan sekadar mengalunkan senandung salawat Badar yang mengandungi tawasul bid’ah dan syirik. Juga bukan hanya untuk dibaca atau menghafal kisahnya dari buku-buku Sirah Nabawiyah. Lebih dari itu, bagaimana kaum muslimin mengambil tarbiah akidah, ibadah, akhlak, mu’amalah, politik, ekonomi, dan ketenteraan dari perang Badar. Itulah yang dikehendaki oleh Allah SWT seperti dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongan berperang di jalan Allah dan segolongan yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati.” (QS. Ali Imran (3): 13)
Saudaraku seagama dan seiman…
Kisah penuh perang Badar sudah tertulis dalam buku-buku Sirah Nabawiyah. Salawat Badar kita dengar mengalun syahdu dari masjid dan majlis taklim. Namun, mengapa kita tidak merenungkan dan mengambil pengajaran dari perang Badar? Sudahkah kita meluangkan masa kita di bulan berlakunya perang Badar ini dalam kajian serius tentang hikmah dan pelajaran yang dapat kita ambil darinya? Sudahkah kita menjadi Ulil Abshar (orang-orang yang mempunyai mata hati) yang melaksanakan firman Allah SWT di atas?
Perang Badar adalah pentas realiti pentarbiahan akidah. Perang ini mengajarkan kemurnian niat lillahi Ta’ala dalam perjuangan, bukan memburu nikmat duniawi dengan kendaraan agama. Perang ini juga mengajarkan tawakal, tsiqah (percaya sepenuhnya), isti’anah (meminta pertolongan), dan istighatsah (meminta pertolongan saat bencana menimpa) hanya kepada Allah . Memperlihatkan mu’jizat Nabi SAW, karamah para sahabat, dan turunnya pertolongan Allah. Meneguhkan iman kepada Allah, Rasul-Nya, dan malaikat-Nya. Mengajarkan wala’ kepada Allah, Rasul-Nya, dan kaum yang beriman. Mengabadikan kemarahan kita kepada kaum musyrik, walau mereka adalah ayah, anak, saudara, atau kaum kerabat kita sendiri.
Perang Badar adalah wahana langsung pembelajaran dan pengajaran ibadah. Ada pelajaran thaharah melalui air hujan. Ada pelajaran solat wajib berjama’ah walau musuh sudah sejarak pandangan mata. Ada pelajaran solat malam dan larut dalam khusyu’nya doa sebagai bekal sebelum berperang. Ada pelajaran dzikir sebelum, ketika, dan sesudah berperang.
Perang Badar mengajarkan akhlak secara praktik kepada setiap tentera Islam untuk mendahulukan ajakan Allah dan Rasul-Nya walau tidak sesuai dengan keinginan dan kepentingan peribadi. Mengajarkan sikap siap siaga dan taat kepada Rasulullah SAW walaupun berlawanan dengan kepentingan hawa nafsu. Mengajarkan pentingnya sabar dan tsabat (teguh, tidak mundur) ketika bertemu musuh. Mengajar setiap pemimpin untuk bermusyawarah dengan bawahan, mencintai pasukan, dan mempedulikan semua keperluan mereka.
Perang Badar mengajarkan mu’amalah secara benar. Darinya, pemimpin memahami hak dan kewajibannya terhadap anggota pasukan. Pasukan mengenali hak dan kewajibannya terhadap pemimpin. Mengajarkan etika terhadap tawanan, harta rampasan perang, dan tebusan terhadap tawanan.
Perang Badar adalah teladan dalam ilmu ketenteraanan. Memilih posisi yang tepat, menyediakan logistik yang cukup, perisikan, menghimpun data yang tepat tentang kekuatan musuh, musyawarah pemimpin dengan para penasihat di bawahnya, membangun pos , menyiapkan dan menyusun barisan, mengatur siasah perang, ketaatan kepada komandan, kesepaduan pasukan, keberanian dan keteguhan di medan perang, dan banyak pelajaran lainnya.
Perang Badar adalah sarana pembelajaran strategi ekonomi. Melemahkan kekuatan ekonomi musuh dengan menghadang dan merampas kafilah dagang , agar tidak dipergunakan sebagai sarana memerangi kaum muslimin, adalah tujuan utama keberangkatan pasukan Islam ke medan Badar.
Perang Badar juga merupakan medan pertarungan politik antara dua pasukan. Pihak yang menang akan meraih kepercayaan diri yang tinggi dan penghormatan dari bangsa Arab di seluruh Jazirah Arab. Kaum Yahudi mulai memperhitungkan kekuatan kaum muslimin. Kaum musyrikin di Madinah terpaksa menampakkan diri sebagai orang-orang muslim, demi menyelamatkan nyawa dan harta mereka. Penduduk Madinah terbelah menjadi tiga kelompok: muslim, munafik, dan Yahudi. Kekuasaan Rasulullah SAW di Madinah semakin mantap, sedang kaum Yahudi dan munafik selalu mencari-cari kesempatan yang tepat untuk menikam dari belakang.
Perang Badar membawa kesan luar biasa bagi bidang pendidikan. Anak-anak kaum muslimin di Madinah sibuk belajar membaca dan menulis. Gurunya adalah para tawanan perang musyrik yang memiliki kepakaran, sebagai prasyarat pembebasan mereka. Pemberantasan buta huruf dan aksara begitu digalakkan. Kebodohan adalah musuh yang harus diperangi.
Benar, yang beradu langsung di medan perang adalah otot dan senjata di lembah Badar. Namun dimensi dan kesannya meluas, menjalar ke semua sektor kehidupan kaum muslimin dan kaum musyrikin. Demikian pentingnya kemenangan dan demikian berbahayanya kekalahan dalam perang ini, sehingga semalam suntuk Nabi SAW berdoa sambil menangis dalam solat malamnya:
“Ya Allah, laksanakanlah apa yang Engkau janjikan kepadaku! Ya Allah, karuniakanlah kepadaku apa yang Engkau janjikan kepadaku! Ya Allah,jika Engkau membiarkan kelompok kecil umat Islam ini kalah binasa, niscaya Engkau tidak akan lagi disembah di muka bumi!” (HR. Muslim)
*Disunting dan diolah semula dari arrahmah.
“…Jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) pada di hari Furqaan, iaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Anfal (8): 41)
Perang Badar adalah peperangan besar pertama antara kekuatan Islam dengan musuh-musuh Islam. Perang ini telah berlaku 1432 tahun yang lalu . Namun hingga ke hari ini, bahkan sampai menjelang hari kiamat kelak, akan terus menjadi sumber pelajaran bagi kaum muslimin. Berjuta hikmah sentiasa terpancar sebagai pelita jalan bagi para pemimpin dan tentera jihad yang berjuang menegakkan Islam. Para dai, murabbi, mushlih, dan mujaddid, sentiasa menjadikannya sebagai jalan panduan dalam meniti kerasnya jalan dakwah, tarbiyah, ishlah, dan tajdid.
Allah SWT menghendaki perang Badar sebagai pelajaran abadi bagi setiap muslim dan muslimah. Bukan sekadar mengalunkan senandung salawat Badar yang mengandungi tawasul bid’ah dan syirik. Juga bukan hanya untuk dibaca atau menghafal kisahnya dari buku-buku Sirah Nabawiyah. Lebih dari itu, bagaimana kaum muslimin mengambil tarbiah akidah, ibadah, akhlak, mu’amalah, politik, ekonomi, dan ketenteraan dari perang Badar. Itulah yang dikehendaki oleh Allah SWT seperti dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongan berperang di jalan Allah dan segolongan yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati.” (QS. Ali Imran (3): 13)
Saudaraku seagama dan seiman…
Kisah penuh perang Badar sudah tertulis dalam buku-buku Sirah Nabawiyah. Salawat Badar kita dengar mengalun syahdu dari masjid dan majlis taklim. Namun, mengapa kita tidak merenungkan dan mengambil pengajaran dari perang Badar? Sudahkah kita meluangkan masa kita di bulan berlakunya perang Badar ini dalam kajian serius tentang hikmah dan pelajaran yang dapat kita ambil darinya? Sudahkah kita menjadi Ulil Abshar (orang-orang yang mempunyai mata hati) yang melaksanakan firman Allah SWT di atas?
Perang Badar adalah pentas realiti pentarbiahan akidah. Perang ini mengajarkan kemurnian niat lillahi Ta’ala dalam perjuangan, bukan memburu nikmat duniawi dengan kendaraan agama. Perang ini juga mengajarkan tawakal, tsiqah (percaya sepenuhnya), isti’anah (meminta pertolongan), dan istighatsah (meminta pertolongan saat bencana menimpa) hanya kepada Allah . Memperlihatkan mu’jizat Nabi SAW, karamah para sahabat, dan turunnya pertolongan Allah. Meneguhkan iman kepada Allah, Rasul-Nya, dan malaikat-Nya. Mengajarkan wala’ kepada Allah, Rasul-Nya, dan kaum yang beriman. Mengabadikan kemarahan kita kepada kaum musyrik, walau mereka adalah ayah, anak, saudara, atau kaum kerabat kita sendiri.
Perang Badar adalah wahana langsung pembelajaran dan pengajaran ibadah. Ada pelajaran thaharah melalui air hujan. Ada pelajaran solat wajib berjama’ah walau musuh sudah sejarak pandangan mata. Ada pelajaran solat malam dan larut dalam khusyu’nya doa sebagai bekal sebelum berperang. Ada pelajaran dzikir sebelum, ketika, dan sesudah berperang.
Perang Badar mengajarkan akhlak secara praktik kepada setiap tentera Islam untuk mendahulukan ajakan Allah dan Rasul-Nya walau tidak sesuai dengan keinginan dan kepentingan peribadi. Mengajarkan sikap siap siaga dan taat kepada Rasulullah SAW walaupun berlawanan dengan kepentingan hawa nafsu. Mengajarkan pentingnya sabar dan tsabat (teguh, tidak mundur) ketika bertemu musuh. Mengajar setiap pemimpin untuk bermusyawarah dengan bawahan, mencintai pasukan, dan mempedulikan semua keperluan mereka.
Perang Badar mengajarkan mu’amalah secara benar. Darinya, pemimpin memahami hak dan kewajibannya terhadap anggota pasukan. Pasukan mengenali hak dan kewajibannya terhadap pemimpin. Mengajarkan etika terhadap tawanan, harta rampasan perang, dan tebusan terhadap tawanan.
Perang Badar adalah teladan dalam ilmu ketenteraanan. Memilih posisi yang tepat, menyediakan logistik yang cukup, perisikan, menghimpun data yang tepat tentang kekuatan musuh, musyawarah pemimpin dengan para penasihat di bawahnya, membangun pos , menyiapkan dan menyusun barisan, mengatur siasah perang, ketaatan kepada komandan, kesepaduan pasukan, keberanian dan keteguhan di medan perang, dan banyak pelajaran lainnya.
Perang Badar adalah sarana pembelajaran strategi ekonomi. Melemahkan kekuatan ekonomi musuh dengan menghadang dan merampas kafilah dagang , agar tidak dipergunakan sebagai sarana memerangi kaum muslimin, adalah tujuan utama keberangkatan pasukan Islam ke medan Badar.
Perang Badar juga merupakan medan pertarungan politik antara dua pasukan. Pihak yang menang akan meraih kepercayaan diri yang tinggi dan penghormatan dari bangsa Arab di seluruh Jazirah Arab. Kaum Yahudi mulai memperhitungkan kekuatan kaum muslimin. Kaum musyrikin di Madinah terpaksa menampakkan diri sebagai orang-orang muslim, demi menyelamatkan nyawa dan harta mereka. Penduduk Madinah terbelah menjadi tiga kelompok: muslim, munafik, dan Yahudi. Kekuasaan Rasulullah SAW di Madinah semakin mantap, sedang kaum Yahudi dan munafik selalu mencari-cari kesempatan yang tepat untuk menikam dari belakang.
Perang Badar membawa kesan luar biasa bagi bidang pendidikan. Anak-anak kaum muslimin di Madinah sibuk belajar membaca dan menulis. Gurunya adalah para tawanan perang musyrik yang memiliki kepakaran, sebagai prasyarat pembebasan mereka. Pemberantasan buta huruf dan aksara begitu digalakkan. Kebodohan adalah musuh yang harus diperangi.
Benar, yang beradu langsung di medan perang adalah otot dan senjata di lembah Badar. Namun dimensi dan kesannya meluas, menjalar ke semua sektor kehidupan kaum muslimin dan kaum musyrikin. Demikian pentingnya kemenangan dan demikian berbahayanya kekalahan dalam perang ini, sehingga semalam suntuk Nabi SAW berdoa sambil menangis dalam solat malamnya:
اللَّهُمَّ أَنْجِزْ لِي مَا وَعَدْتَنِي .. اللَّهُمَّ آتِ مَا وَعَدْتَنِي.. اللَّهُمَّ إِنْ تُهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةَ مِنْ أَهْلِ الإسلام لا تُعْبَدْ فِي الأرْضِ!!
*Disunting dan diolah semula dari arrahmah.
No comments:
Post a Comment