Friday, November 4, 2011

CERITA TELADAN

Belajar Jujur dari Semut

Image Detail
“Hingga ketika mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut, ‘Wahai semut-semut! Masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari’.” (An-Naml [27]: 18) 
 
Ayat di atas menerangkan, semut memiliki seorang pemimpin yang mempunyai naluri kepedulian sosial yang cukup tinggi untuk menyelamatkan rakyatnya dari bahaya. Ia tidak hanya memikirkan dirinya sendiri ketika ada bahaya mendekati koloninya.
Ayat tersebut juga menjelaskan, haiwan ini memiliki ketajaman indera dan sikapnya yang sangat hati-hati, terutama terhadap bahaya. Tidak hanya itu, etika kerjanya juga sangat tinggi. Dengan kesabaran dan kekompakannya, mereka dapat membina sarang yang besar dan kuat sebagai tempat perlindungan dari mara bahaya. Semua ini mereka lakukan sepanjang hari dan malam, kecuali malam-malam gelap waktu bulan tidak memancarkan sinarnya.
Solidariti yang terbina dalam koloni ini juga tinggi. Bila salah satu dari mereka menemukan makanan, ia akan minta tolong teman-temannya membawa makanan tersebut ke sarangnya. Bahkan menurut Ibnul Qayyim dalam kitabnya Syifa’ul ‘Alil fii Masa’il al-Qodho’ wal Qodar wal Hikmah wat Ta’lil, ia memanggil teman-temannya hingga tiga kali. Jumlah semut yang berkumpul tergantung pada besar dan kualiti makanan tersebut.
Bila makanan itu berupa biji-bijian, mereka akan memecah belah. Mutawalli Sya’rawi dalam tafsirnya menulis, “Ini merupakan suatu keajaiban dimana Anda akan menemukan dalam sarang semut beberapa biji-bijian yang telah terbelah-belah agar tidak tumbuh. Para ilmuan menemukan ada satu biji yang dibelah empat iaitu biji ketumbar. Kalau biji ketumbar ini dibelah dua, maka setiap bahagian masih boleh tumbuh, akan tetapi semut-semut tersebut membelah biji ketumbar menjadi empat bahagian agar tidak boleh tumbuh. Kerana jika biji tersebut tumbuh, ia akan menutup sarang mereka. Oleh sebab itulah, semut menyimpan biji-bijian tersebut sampai mereka boleh memakannya pada  musim dingin tiba. Maha Suci Allah yang telah memberikan pengetahuan ini pada semut-semut tersebut,” (Tafsir Sya’rawi tentang surat An-Naml: 18 )
Bila makanan sudah didapat, mereka akan membaginya secara adil sesuai dengan fungsi masing-masing. Menariknya, mereka bekerja secara sistematis dalam menyelesaikan masalah. Dengan kemurahan hati, mereka tidak pernah berebut dan merasa yang paling berhak dibanding lainnya.
Ketika Ibnu Taimiyah mendapat cerita dari Ibnu Qoyyim mengenai kehidupan semut, ia berkata, “Sesungguhnya semut diciptakan Allah dengan watak jujur dan mencela kebohongan.” (Kitab Syifa’ul ‘Alil)
Dalam sebuah Hadits disebutkan, koloni haiwan ini juga merupakan umat yang selalu bertasbih kepada Allah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ada semut yang menggigit seorang Nabi dari Nabi-nabi terdahulu, lalu Nabi itu memerintahkan agar membakar sarang semut-semut itu. Maka kemudian Allah mewahyukan kepadanya, firman-Nya: “Hanya kerana gigitan seekor semut, maka kamu telah membakar suatu kaum yang bertasbih”.(Riwayat Bukhari)

~sumber: Bahrul Ulum/Suara Hidayatullah

No comments:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...